Romantisme Semak Belukar

Thursday, August 27, 2009 | |

Ranti hanya bisa diam terpaku. Dipakainya baju yang dia beli di owelan. Dan dikancingkan lagi celana jeannya yang ketat meliukkan pantatnya yang bohai. Supir Truk itu terkapar di alas tikar. Dengan sengal nafasnya yang menderu dan kemainnya yang terkulai lemas.

Rerumputan seakan diam tak bergoyang. Deru nafas 5 menit yang lalu tak lagi mengganggu raungan jangkrik yang berdendang kelu. Percintaan malam ini berbuah hasil uang segepop 25000, lembaran seribuan.

Gincu dan bedak diwajah Ranti amburadul. Sekitar mulutnya yang berbau lendir dan bercampur merah gincu di usapnya dengan ujung bajunya. Tak ada bekas bentuk lagi. Hanya tinggal sisa nikotin dan bau lendir si supir truk. Disulutnya sebatang rokok kretek merk kampungan. Dibuangnya setetes demi tetes air lendir yang masuk keliang garbanya di celana dalam yang membungkus kemaluannya. Sembari Ranti melangkah gontai di betulkannya posisi tali kutangnya yang berlarian dari pundaknya. Malam belum terlalu larut dan pagi belum juga menunjukkan kedewasaannya. Sekali dua kali mengusap kelamin si pejantan kesepian, cukup untuk makan keesokkan harinya.

Dentum stereo kelas kampung berdegum dikedai minum diujung jalan. Beberapa lelaki nampak asik menenggak air-air oplosan. Dan ada 3 perempuan tanpa malu memuja lelaki-lelaki itu dengan gelayutan payudara yang sengaja diumbar dari balik baju mereka yang seksi. Rantipun menitihkan langkahnya menuju ke kedai itu. Berharap ada lelaki yang terjebak di kerlingan pinggulnya yang dipaksa bertingkah merangsang.

Benar juga tak butuh 1001 dongeng untuk diceritakan, seorang lelaki kekar berjaket kulit hiam, berambut cepak. Menghampiri jebakan Ranti. Disentuhnya pipi Ranti yang sengaja dimerahkan sok malu-malu kucing. Dirabanya payudara Ranti yang sengaja dibusungkan menantang. Dan dibisikkan kekuping Ranti harga tawar paling rendah untuk sekedar melakukan Romantisme Semak Belukar!

0 comments:

Post a Comment